Rabu, 31 Oktober 2018

KAPAL FIBERGLASS ( KAPAL PERIKANAN )


KAPAL FIBERGLASS ( KAPAL PERIKANAN )



BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang

Kapal fiberglass merupakan kapal yang dibuat dengan serat kaca yang biasanya disebut Chopped Strand Mat (CSM) atau mat dan Woven Roving (WR). Bahan  serat  kaca  memiliki  kelebihan  yang  lebih  banyak  dibandingkan  kayu seperti:  bahan  ini  mudah  ditemukan,  ramah  terhadap  lingkungan,  dan  mudah dalam transportasinya (mudah untuk dipindah-pindahkan). Sementara itu kayu merupakan bahan dasar  yang sangat sulit ditemukan karena permintaan pasar yang cukup banyak bukan dari perusahaan kapal kayu saja, pabrik/industri dari kayu seperti kursi, meja, dan lain-lainnya yang menyangkut dengan kerajinan kayu, pabrik pembuatan kertas atau biasa disebut pulp (bahan baku kertas) yang semakin meningkat, dan ditambah dengan illegal loging yang semakin marak menunjukkan bahwa kayu sangat sulit ditemukan. Indikator ini merupakan alasan perlu adanya bahan utama alternatif dalam pembuatan kapal salah satunya adalah serat kaca.


B.      Rumusan Masalah

·         Banyaknya permintaan kapal dari serat kaca ( fiberglass )
·         Kurang tersedianya bahan kayu untuk membuat kapal
·         Efisiensi pembuatan kapal fiberglass ( kapal perikanan )

C.      Tujuan

·         Pembuat kapal kayu beralih menggunakan fiberglass
·         Menjabarkan proses pembuatan kapal ikan fiberglass agar mudah dipahami



BAB II
PEMBAHASAN


A.      Kapal Perikanan

Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan untuk kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan sumber daya perairan, pengolahan/budidaya sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam pekerjaan riset, training dan inspeksi sumberdaya perairan (Nomura & Yamazaki, 1977). Kapal ikan adalah suatu faktor yang paling penting diantara komponen unit penangkapan lainnya, dan merupakan modal terbesar yang ditanamkan pada usaha penangkapan ikan (Nomura & Yamazaki, 1977).

Bentuk dan jenis kapal perikanan berbeda-beda, hal ini disebabkan karena perbedaan tujuan usaha, tujuan penangkapan ikan dan keadaan kondisi perairan. Bentuk desain dan konstruksinya harus disusaikan dengan alat tangkap agar dapat beroperasi dengan baik.


B.      Desain dan Konstruksi Kapal Ikan

Desain kapal dijelaskan sebagai proses penentuan spesifikasi dan menghasilkan gambar-gambar suatu obyek untuk keperluan pembuatan dan pengoperasiannya  (Fyson,  1985).  Adapun  faktor-faktor  yang  mempengaruhi desain kapal ikan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1)  Sumberdaya yang tersedia;
2)  Alat dan metode penangkapan;
3)  Karakteristik geografi suatu daerah penangkapan;
4)  Seaworthiness kapal dan keselamatan anak buah kapal;
5)  Peraturan-peraturan yang berhubungan dengan desain kapal ikan;
6)  Pemilihan material yang tepat untuk kontruksi;
7)  Penanganan dan penyimpanan hasil tangkapan; dan
8)  Faktor-faktor ekonomis.

Sesuai dengan perbedaan jenis kapal ikan, maka desain dan konstruksi kapal dibuat berbeda-beda dengan memperhatikan syarat teknis pengoperasian kapal perikanan tersebut.
 Kapal  perikanan  juga  memiliki  karakteristik  yang  dapat  membedakan kapal perikanan dengan kapal lainnya (Ayodhyoa, 1972), yaitu :

1)  Kecepatan kapal (speed)

Kecepatan yang dibutuhkan kapal perikanan disesuaikan dengan kebutuhan penangkapan

2)  Olah gerak kapal (maneuverability)

Olah gerak khusus yang dilakukan secara baik pada saat pengoperasian. Hal tersebut  meliputi  kemampuan  steerability  yang  baik,  radius  putaran  (turning cycle), dan daya dorong (propulsive engine) yang dapat mudah bergerak maju dan mudur.

3)  Layak laut (seaworthiness)

Meliputi   hal   seperti   ketahanan   dalam   melawan   kekuatan   angin   dan gelombang, stabilitas yang tinggi yang tinggi, serta daya apung yang cukup. Hal ini diperlukan untuk menjamin dalam pelayaran dan operasi penangkapan ikan.

4)  Luas lingkup area pelayaran

Luas lingkup yang dimaksud adalah luas area pelayaran yang ditentukan oleh pergerakan kelompok ikan, daerah, musim ikan, dan migrasi.
    
5)  Konstruksi

Konstruksi kapal perikanan yang kuat sangat diperlukan karena dalam operasi kan, kapal akan akan menghadapi kondisi alam yang berubah-ubah. Kontruksi kapal harus mampu menahan getaran mesin yang timbul.

6)  Mesin penggerak

Kapal perikanan membutuhkan tenaga mesin penggerak yang cukup besar, tetapi volume mesin dan getaran yang dihasilkan diusahakan harus kecil.

7)  Fasilitas penyimpanan dan pengolahan ikan

Umumnya kapal ikan dilengkapi dangan fasilitas penyimpanan seperti: cool room, freezing room, processing machine.

  8)  Mesin bantu  penangkapan ( fishing equipment )

Fishing equipment berbeda untuk setiap kapal, tergantung dari jenis alat tangkap yang digunakan. Nomura & Yamazaki, 1977 menjelaskan syarat-syarat yang harus dimiliki dan perencanaan pembangunan kapal perikanan agar dapat beroperasi dengan baik dan sesuai dengan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) adalah sebagai berikut:



 
18
 
1)  Memiliki kekuatan struktur badan kapal.
2)  Memiliki keberhasilan operasi penangkapan ikan.
3)  Memiliki stabilitas yang tinggi, dan
4)  Memiliki fasilitas penyimpanan hasil hasil tangkapan ikan.

Setelah memenuhi syarat tersebut barulah proses desain dan konstruksi kapal dilakukan agar laik laut dan kapal dapat beroperasi dengan baik. Fyson telah menjelaskan kelengkapan dari perencanaan desain dan konstruksi kapal seperti:

1)   Profil kapal, rencana dek, rencana bawah dek;
2)   Gambar garis dan tabel offset;
3)   Profil kontruksi dan perencanaan;
4)   Bagian-bagian kontruksi; dan
5)   Gambar konstruksi penyambung.


Konstruksi yang kuat dapat diperoleh apabila syarat-syarat standar pembangunan suatu kapal perikanan telah dipenuhi. Proses mendesain suatu kapal perikanan terdiri dari berbagai tahapan. Fyson (1985) menyebut ada beberapa tahap pembuatan kapal mulai dari outline dan general design, proses penggambaran,  perhitungan-perhitungan  yang  dibutuhkan,  hingga  tahap  tryout dan evaluasi dari hasil pengoperasiaan kapal sebelum kapal tersebut selesai dan diberikan kepada pemilik.

Sesuai dengan perbedaan jenis-jenis kapal ikan yang ada, desain dan konstruksi   kapal   ikan   dibuat   berbeda-beda   sesuai   dengan   fungsi   dan pembentuknya dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan teknis pengoperasian  kapal  tersebut.  Perbedaan-perbedaan  dalam  desain  ini  terlihat dalam dimensi utama kapal, besaran koefisien, rancangan besaran tinggi metacenter umum kapal dan rancangan penggunaan (Pasaribu, 1985).
  

Panjang (L), lebar (B), dan dalam (D) merupakan dimensi utama dalam penentuan kemampuan suatu kapal. Dimensi utama desain dalam kapal harus diperhatikan  dengan  teliti.  Adapun  ukuran  kapal  menurut  Soejana  (1983) meliputi:

19
 
a)  Panjang Kapal

(1) Panjang total  atau  LOA  (length  over  all) adalah  jarak  horizontal,  diukur mulai  dari titik terdepan dari linggi haluan sampai dengan titik terbelakang dari buritan.
(2)              Panjang garis air atau Lwl (length of water line) adalah panjang garis air yang diukur  antara  titik  perpotongan  Lwl  pada  badan  kapal  bagian  haluan  dan badan kapal bagian buritan.
(3) Jarak  sepanjang  garis  tegak  atau  LPP/LBP  (length  perppendicular/length between perpendiculator) adalah panjang kapal antara fore perpendicular (FP) dan after perpendicular (AP).
a)  FP       : Garis tegak lurus pada perpotongan antara Lwl dan badan pada bagian haluan kapal
b)  AP      : Garis tegak lurus pada perpotongan antara Lwl pada bagian buritan kapal.
c)  Lwl     : Garis air (wl) pada kondisi kapal penuh (load water line).









Gambar 1.  LOA, LBP, dan LWL

b)  Lebar kapal (breadth/B)

Lebar kapal terdiri dari:

(1) Lebar terbesar atau Bmax  (breadth maximum) adalah jarak horizontal pada lebar kapal yang terbesar di tengah-tengah kapal, dihitung dari salah satu sisi terluar (sheer) yang satu ke sisi (sheer) lainya yang berhadapan.
(2) Lebar dalam atau Bmoulded  (breadth moulded) adalah jarak horizontal pada lebar kapal yang terbesar, diukur dari bagian dalam kulit kapal yang satu ke bagian kulit kapal yang lainnya yang berhadapan.



 
20
 
Gambar 2. Lebar Kapal (Breadth)
Keterangan:
1)     Lebar terbesar (breadth maximum)
2)     Lebar dalam (breadth moulded)
3)     Gading (frame)
4)     Kulit kapal (plate)
5)     Garis air (water line)


c)   Dalam kapal (depth)

Dalam kapal terdiri dari :

(1) Dalam atau depth (D) adalah jarak vertikal yang diukur dari dek terendah kapal sampai tititk terendah badan kapal.
(2) Sarat kapal atau d (draft) adalah jarak vertikal yang diukur dari garis air (water line) tertinggi sampai titik terendah badan kapal.
(3). Lambung bebas (free board) adalah jarak vertikal/tegak yang diukur dari garis air (water line) tertinggi sampai sheer.




 
21
 
     Gambar 3. Dalam Kapal
Keterangan:
1)    Dalam (Depth)
2)    Sarat kapal (draft)
  3)    Lambung bebas (free board)






Besar kecilnya nilai rasio dimensi utama kapal (L,B,D) dalam membangun kapal dapat digunakan untuk menganalisa performa dan mempengaruhi kemampuan dari suatu kapal. Nilai perbandingan L/D, L/B, dan B/D perlu diperhatikan dalam perhitungan teknis, jenis bahan maupun ketentuan yang berlaku. Menurut Fyson (1985), dalam desain sebuah kapal, karakteristik perbandingan dimensi-dimensi utama merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Perbandingan tersebut meliputi:

1)   Perbandingan antara panjang dan lebar (L/B) yang mempengaruhi tahanan dan kecepatan kapal. Semakin kecilnya nilai perbandingan L/B akan berpengaruh pada kecepatan kapal/ kapal menjadi lambat.
2)  Perbandingan   antara   lebar   dan   dalam   (B/D)   merupakan   faktor   yang berpengaruh pada stabilitas. Jika nilai B/D membesar akan membuat stabilitas baik tetapi disisi lain mengakibatkan propulsiveability memburuk.
3) Perbandingan antara panjang dan dalam (L/D) merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal. Jika nilai L/D membesar maka kekuatan longitudinal kapal melemah.

Analisis kesesuaian antara desain kapal dengan fungsi dan peruntukkannya perlu dilakukan karena menurut Fyson (1985), rasio antara panjang dan lebar (L/B) berpengaruh pada resistensi kapal. Rasio antara panjang dan dalam (L/D)


 
22
 
 berpengaruh pada kekuatan memanjang kapal, serta rasio antara lebar dan dalam berpengaruh pada stabilitas kapal.

Fyson (1985), mengemukakan bahwa koefisien bentuk (Coefficient of Fineness) menunjukkan bentuk tubuh kapal bedasarkan hubungan antara luas area badan kapal yang berbeda dan volume tubuh kapal terhadap masing-masing dimensi utama kapal. Adapun koefisien bentuk badan kapal, terdiri dari:

1) Coefficient of block (Cb) menunjukkan perbandingan antara nilai volume displacement kapal dengan volume bidang balok  yang mengelilingi badan kapal.


Gambar 4. Coefficient of block (Cb)

2)  Coefficient of prismatic (Cp) menunjukkan perbandingan antara nilai volume displacement kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas area penampang melintang tengah kapal (Aø) dan panjang kapal pada garis air tertentu (Lwl).




3)  Coefficient  of  vertical  prismatic  (Cvp)  menunjukkan  perbandingan  antara volume displacement kapal  dengan volume yang dibentuk oleh luas area kapal pada  WL tertentu pada horizontal-longitudinal (Aw) dan draft kapal.

Gambar 5. Coefficient of vertical prismatic (Cvp)



 
23
 
4)  Coefficient of waterplan (Cw) menunjukkan besarnya luas area penampang membujur tengah kapal dibandingkan dengan bidang empat persegi panjang yang mengililingi luas area tersebut.
Gambar 6. Coefficient of waterplan (Cw)

5)  Cofficient of midship (Cø) menunjukkan perbandingan antara luas penampang melintang tengah kapal secara vertikal dengan bidang empat persegi panjang yang mengelilingi luas area tersebut.



Gambar 7. Cofficient of midship (Cø)




C.      Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP)

Fiberglass merupakan kombinasi dari dua komponen  yang mempunyai karakteristik fisik berbeda, akan tetapi keduanya memiliki sifat saling melengkapi. Dua komponen yang membentu FRP yaitu resin plastic polyester dan sebuah penguat serabut gelas (Verweij, 1967 diacu dalam Liberty, 1997).

Menurut Kusnan (2008) pemakaian fibreglass sebagai material bangunan kapal mempunyai beberapa keuntungan yaitu:

1)  Tidak berkarat dan berdaya serap air kecil.
2)  Pemeliharaan dan reparasi mudah serta proses  pengerjaanya cepat.


 
24
 
3)  Tidak memerulan pengecatan, karena warna/pigmen telah dicampurkan pada bahan (gelcoat ) pada proses laminasi; dan
4)  Untuk displacement yang sama, fiberglass kontruksinya lebih ringan.

Resin merupakan material cair sebagai pengikat serat penguat yang mempunyai kekuatan tarik serta kekuatan lebih rendah dibandingkan serat penguatnya. Ada  beberapa  jenis  resin  (Kusnan,  2008  diacu  dalam  Eko Sulkhhaini, 2010) antara lain:

1)  Polyester (Orthophthalic), resin jenis ini sangat tahan terhadap proses korosi air laut dan asam encer. Adapun spesifikasi teknisnya sebagai berikut:
(1) Massa jenis                 : 1,23 gr/ cm3
(2) Modulus young           : 3,2 Gpa
(3) Angka poisson            : 0,36
(4) Kekuatan tarik            : 65 MPa

2)  Polyester (isophthalic) resin jenis ini tahan dengan panas dan larutan asam dan kekerasannya lebih tinggi serta kemampuan menahan resapan air (adhesion) yang paling baik dibandingkan dengan resin type ortho. Adapun spesifikasi teknisnya adalah berikut:
(1) Massa jenis                 : 1,21 gr/ cm3
(2) Modulus young           : 3,6 GPa
(3) Angka poisson            : 0,36
(4) Kekuatan tarik            : 60 MPa

3)  Epoxy, resin jenis ini mampu menahan resapan air (adhesion) sangat baik dan kekuatan mekanik yang paling tinggi. Adapun spesifikasi teknisnya sebagai berikut:
(1) Massa jenis                 : 1,20 gr/ cm3
(2) Modulus young           : 3,2 Gpa
(3) Angka poisson            : 0,37
(4) Kekuatan tarik            : 85 MPa



 
25
 
4)  Vinyl  Ester,  resin  jenis  ini  mempunyai  ketahanan terhadapa larutan  kimia (Chemical Resistance) yang paling unggul . Adapun spesifikasi teknisnya adalah berikut:
(1) Massa jenis                 : 1,12 gr/cm3
(2) Modulus young           : 3,4 Gpa
(3) Kekuatan tarik            : 83 Mpa

5)   Resin type phenolic, resin jenis ini tahan terhadap larutan asam dan alkali. Adapun spesifikasi teknisnya adalah berikut:
(1) Massa jenis                 : 1,15 gr/cm3
(2) Modulus young           : 3,0 Gpa
(3) Kekuatan tarik            : 50 Mpa


Adapun jenis resin yang umum digunakan untuk konstruksi kapal adalah jenis orthophthalic polyester resin. Resin jenis ini harganya paling murah dibandingakan tipe lainya dan tahan terhadap korosi yang disebabkan oleh air laut sehingga cocok untuk bahan  material bangunan kapal. Dengan sifat ini kerusakan yang disebabkan karena proses korosi dapat dihindari sehingga biaya perawatan untuk kulit lambung material logam maupun kayu. Resin polyester memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan. Keunggulan dari resin ini adalah:

1)   Viskositas yang rendah sehingga mempermudah proses pembuatan/pengisian celah antara pada serat penguat (woven roving)
2)  Harga relatif murah
3)  Ketahanan terhadap lingkungan korosif sangat baik kecuali pada larutan alkali

Sedangkan kekurangan, ialah:

1)   Pada saat pengeringan terjadi penyusutan dan kenaikan temperatur sehingga laminasi menjadi keras. Hal ini biasanya disebabkan oleh penambahan katalis dan accelerator yang berlebihan sehingga waktu kering menjadi lebih cepat
2)   Mudah terjadi cacat/goresan
3)   Mudah terbakar


Resin jenis ini termasuk thermosetting yaitu proses perubahan sifat fisik dari cair menjadi bentuk padat (polymerization) melalui proses panas. Proses perubahan bentuk resin polyester ini dapat karena proses panas yang dihasilkan


 
26
 
 dalam resin polyester sendiri (exothermic heat) dan bisa juga karena pengaruh pemberian panas dari lingkungan luar atau penggabungan keduanya. Proses kimia dari dalam resin yang dimaksud adalah adanya penambahan zat atau bahan katalis yang menimbulkan reaksi kimia awal dan accelerator untuk mempercepat proses polimerisasi pada larutan polyester tersebut ditambahkan zat inhibitor.

Serat  penguat  merupakan  serat  gelas  yang  memiliki  kekakuan  dan kekuatan tarik yang tinggi serta modulus elastisitas yang cukup tinggi. Adapun fungsi dari serat penguat adalah:

1) Meningkatkan kekakuan tarik dan kekuatan lengkung

2) Mempertinggi kekuatan tumbuk

3) Meningkatkan rasio kekuatan terhadap berat

4) Menjaga/mempertahankan kestabilan bentuk


Ada  beberapa  jenis  serat  penguat  (menurut  kusnan,  2008  diacu  dalam  Eko Sulkhani, 2010) antara lain:

1)  Serat E-glas (electrical glass), adapun data teknis serat gelas adalah sebagai berikut:
(1) Massa jenis                 : 2.25 gr/cm3
(2) Modulus young          : 72 GPa
(3) Angka poisson            : 0.2
(4) Kekuatan tarik            : 2.4 GPah

2)  Serat S2 – glass (strength glass)
(1) Massa jenis                 : 1.5 gr/ cm3
(2) Modulus young          : 88 GPa
(3) Angka Poisson           : 0.2
(4) Kekuatan tarik            : 60 GPa

3)  High strength carbon
(1) Masssa jenis               : 1.74 – 1.81 gr/ cm3
(2) Modulus young          : 248 – 345 GPa
(3) Kekuatan tarik            : 3.1 – 4.5 GPa

4)  Armid (Kevlar 59)
(1) Massa jenis                 : 1.45 gr/ cm3
(2) Modulus young          : 124 GPa
(3) Kekuatan tarik            : 2.8 GPa



 
27
 

Serat penguat yang sering digunakan untuk bangunan kapal adalah jenis E- glass (Electrical glass), sedangkan jenis high strength carbon hanya digunakan untuk keperluan khusus yaitu untuk mempertinggi kekuatan, dalam hal ini untuk memperinggi ketahanan tembakan pada daerah khusus/kritis di lambung atau bangunan atas, sedangkan jenis S2-glass banyak digunakan untuk konstruksi pesawat, adapun jenis serat armid memiliki kekuatan tarik yang sangat tinggi dipakai sebagai serat penguat pada martriks metalik atau keramik dan dianjurkan digunakan untuk mempertinggi ketahanan ledak/tembak (Kusnan, 2008).

Serat penguat yang dipakai untuk bangunan kapal terdiri atas beberapa jenis menurut bentuk dan konfigurasi dari serat penguat. Adapun jenis serat penguat gelas (Kusnan, 2008 diacu dalam Eko Sulkhani, 2010) antara lain:

1)  Chopped Strand Mat (CSM), dalam pemakaian industri sering disebut mat atau matto, berupa potongan-potongan serat fiberglass dengan panjang sekitar 50 mm yang disusun secara acak dan dibentuk menjadi satu lembar. Jenis ini merupakan serat penguat dengan konfigurasi serat acak dan merupakan serat penguat tidak terus, serat penguat  yang digunakan  yaitu E-glass. Pada proses pembuatan laminasi perbandingan antara berat serat matto dengan resin sekitar 25 - 35% matto dan 65 - 75% resin polyester. Laminasi chopped strand mat ini biasanya digunakan lapisan pengikat antara agar tidak mudah terkelupas maupun selip pada proses laminasi awal dan akhir dengan  tujuan bagian sisi tersebut menjadi rata.

Dalam pemakaian sehari-hari dan umum digunakan untuik bangunan kapal, serat chopped strand mat terdiri dari:

(1)  Chopped strand mat 300 gram/m3 (mat 300) dengan data teknis sebagai

berikut:


a.

Berat spesifik (W/m2)f
: 300 gram/m3
b.

c.
Kekuatan tarik

Modulus elastisitas
: 213 MPa

: 16 GPa
d.
Angka poisson
: 0,2


 
28
 
(2)  Chopped strand mat 450 gram/ m2  (mat 450) dengan data teknis sebagai berikut:
1.   Berat spesifik (W/m2)f          : 450 gram/m3

2.   Kekuatan tarik                        : 213 MPa

3.   Modulus elastisitas                 : 16 GPa

4.   Angka poisson                        : 0,2




1)  Woven Roving, merupakan berbentuk anyaman dengan arah yang saling tegak lurus. Pada proses laminasi perbandingan berat antara serat woven roving dengan resin  adalah 45-50% woven  roving  adalah 50-55% resin  polyester  dari  fraksi berat, untuk bangunan kapal umunya sering dipakai komposisi 50% woven roving dan 50% resin, woven roving ini digunakan sebagai laminasi utama yang memberikan kekuatan tarikan maupun lengkung yang lebih tinggi dibandingkan laminasi mat.
Dalam proses pembuatan laminasi serat woven roving lebih sulit untuk dibasahi oleh resin dan terkadang larutan resin relative lebih sulit untuk mengisi celah anyaman serat woven roving. Dengan kandungan resin polyester yang relatif lebih sedikit dibandingkan laminasi mat maka laminasi serat woven roving memiliki ketahanan terhadap resapan air yang kurang baik. Untuk memperbaiki kondisi ini maka biasanya laminasi woven roving dilapisi lagi dengan dua lapisan mat pada sisi luar yang memiliki kandungan resin polyester yang relatif lebih banyak.

(1) Woven roving 400 gram/m2 (WR 400) dengan data teknis sebagai berikut:

a.   Berat spesifik (W/m2)f          : 400 gram/m2

b.   Kekuatan tarik                         : 512 MPa
c.   Modulus elastisitas                 : 38,5 GPa
d.   Angka poisson                          : 0,2
2) Woven Roving 600 gram/ m2 (WR 600) dengan data teknis sebagai berikut:

a.   Berat spesifik (W/m2)f         : 600 gram/ m2

b.   Kekuatan tarik                        : 512 MPa
c.   Modulus young                      : 38,5 GPa
d.   Angka Poisson                         : 0,2
3) Woven roving 800 gram/m2 (WR 800) dengan data teknis sebagai berikut:

a.   Berat spesifik (W/m2)f          : 800 gram/m2


 
29
 
b.
Kekuatan tarik
: 512 MPa
c.
Modulus elastisitas
: 38,5 GPa






D.      Langkah-Langkah Pembuatan Kapal Fiberglass Secara Umum

1.1   Pencetakan Bagian Kapal
       
Semua bagian kapal dicetak dengan menggunakan bahan fiber yang terdiri dari resin, katalis, mat dan ropping melalui sebuah cetakan yang disusun dan dibuat secara terpisah yang akan digabungkan jika semua sudah selesai dicetak.

1)      Penggabungan dua cetakan
Pertama-tama cetakan disambung dengan dempul serta melapisi celah-celah cetakan dengan dempul dan untuk meratakan cetakan agar saat digunakan menjadi rata dan tidak memiliki celah pada saat dicetak. Pendempulan ini dilakukan pada saat cetakan akan dibuat setiap cetakan. Pada saat pendempulan sebaiknya dempul diberi katalis agar cepat kering lalu dapat dihaluskan dengan  menggunakan rempelas agar tidak kasar dan halus pada hasil cetakan.
2)      Pemberian wax
Pemberian wax pada tiap-tiap bagian yang akan digunakan untuk mencetak semua bagian kapal. Pemberian wax ini dengan dengan cara di gosok dengan menggunakan majun atau kain sampai merata dan sampai terlihat licin. Tujuannya agar pada saat hasil cetakan akan di lepas tidak menyatu dengan cetakan sehingga hasil cetakan menjadi halus tanpa ada warna dasar yang hilang.
3)      Pemberian warna dasar (jelgood)
Pemberian warna dasar biru dilakukan dibagian bawah dan warna dasar putih dibagian atas pada cetakan yang sudah di beri wax digosok sampai licin. Pemberian warna pada cetakan bertujuan untuk memberi warna dasar pada tiap-tiap kontruksi yang akan dibuat. Pemberian warna dasar tersebut juga bertujuan untuk menjadikan hasil cetakan mudah di lepas dari cetakannya.
4)      Pelapisan bagian dengan bahan fiber
Pelapisan semua bagian cetakan dengan bahan fiber yang terdiri dari meet,ropping,resin dan katalis. Mat dan ropping disusun saling bertumpangan lalu diolesi dengan resin yang sudah tercampur dengan katalis. Pemasangan saling bergantian bertujuan agar hasil cetakan tidak mudah patah pada saat digunakan.
5)      Pembuatan dan pemasangan tulangan pada cetakan
Pembuatan tulangan biasanya terbuat dari bahan fiber yang terdiri dari mat yang diolesi dengan resin yang sudah tercampur katalis, dengan cetakan tulangan  berbentuk huruf U setelah selesai membuat tulangan di lakukan pemasangan tulangan pada bagian-bagian cetakan dengan panjang  50 cm dan lebar 50 cm hingga semua bagian cetakan terpenuhi. Tulangan yang sudah di tata sesuai dengan ukuran lalu didempul di sisi kanan dan kiri. Pendempulan ini bertujuan untuk menyatukan tulangan dengan cetakan. Setelah itu tuangan di lapisi dengan meet dan ropping yang diolesi dengan resin yang sudah dicampur dengan katalis, bertujuan untuk menutupi dempul dan untuk menambah kekuatan tulangan pada cetakan.


1.2   Pelapisan bagian kapal

Semua bagian pada kapal dilapisi dengan menggunakan bahan fiber yang terdiri dari mat, ropping, katalis dan resin pelapisan ini di gunakan pada saat semua cetakan sudah jadi karena pelapisan dibuat juga untuk mempersatukan semua cetakan agar menjadi satu. Pelapisan ini juga bertujuan untuk mempekuat hasil cetakan dengan cara digabungkan dan dilapisi lagi.

1)    Pemasangan sekat pada ruang-ruang kapal
Pemasangan sekat di dalam kapal menggunakan lembaran yang diberi tulangan setelah itu di tutup dengan lembar lagi agar menjadi rata. Pemasangan sekat ini di pasang pada ruang-ruang di dalam kapal. Di ruang belakang untuk tangki air tawar,di bagian tengah ruang mesin,di bagian untuk tempat penampungan ikan. Pemasangan sekat bertujuan untuk memberi batas pada ruangan di dalam mesin. Pemasangan sekat di pinggir di dempul dan di lapisi dengan bahan fiber agar menjadi kuat.Pemasangan sekat ini dilakukan pada saat cetakan lambung sudah di keluarkan pada cetakannya.
2)  Pengisian rongga-rongga kerangka kapal dengan vom atau busa
Pertama-tama rongga kapal ditutup dengan menggunakan lembaran. Lembaran ini hanya terbuat dari mat, resin dan katalis setelah lembaran selesai dibuat lembaran di pasang pada kerangka kapal. Selanjutnya pada setiap rongga diberi lubang untuk memasukkan vom ke dalam rongga. Setelah itu vom berwarna merah dan warna kuning dicampur di dalam wadah plastik dengan ukuran tertentu. Selanjutnya vom dimasukkan melalui lubang yang telah di buat.Tutup lubang dengan menggunakan potongan lembaran kecil agar saat vom menguap menjadi busa tidak keluar tetapi dapat mengisi rongga-rongga yang berada di sampingnya yang masih kosong. Setelah itu lubang-lubang vom ditutup kembali.

1.3    Pemasangan kerangka / tulang kapal
1)        Lunas             
Lunas adalah fondasi kapal yang paling bawah. Panjangnya  18 meter terbuat dari dua buah balok kayu yang disambungkan.
2)        Balok tidur
Balok tidur berada di buritan konstruksi kapal yang berada di bawah tempat baling-baling. Balok tidur terdiri dari tiga bagian balok kayu yang ujungnya berbeda-beda.
3)        Linggi
Linggi berada di bagian terdepan kontruksi kapal yang dipasang miring
4)        Gading
Setelah lunas selesai dirapikan, barulah membuat mal gading (ukuran), rangkaian gading, dan menyambung rangkaian gading dengan keni kemudian dipasang pada lunas kapal.


5)        Fondasi mesin
Fondasi mesin ini terdiri dari dua balok kayu yang berukuran sama. Fondasi ini dipasang sejajar di bagian bawah lengkungan gading.
6)        Senta
Setelah semua gading terpasang, barulah memasang senta pada bagian dalam pinggir gading yang bertujuan untuk menguatkan bagian-bagian gading supaya tidak goyah.
7)        Bim dek
Setelah proses di atas selesai, selanjutnya pemasangan bim dek kapal pada gading bagian atas yang bertujuan sebagai penompang dek.
8)        Mulut palkah
Mulut palkah terdiri dari lima bagian yang dibagi dalam 4 palkah ikan, 1 palkah tali dan jangkar. Untuk palkah ikan ukurannya 1  1 mater, untuk palkah tali dan jangkar 0,5  0,5 mater.


1.4    Pemasangan kulit kapal

Pemasangan kulit kapal biasanya dilakukan dibagian depan kapal karena bagian depan memiliki kerumitan  tersendiri. Untuk memudahkan memasang kulit pada bagian lengkungan kapal maka kayu harus dipanaskan menggunakan api agar kayu tersebut mendapatkan sudut lengkungan yang diinginkan, dan ketika hal tersebut sudah pas maka pemasangan dapat dilakukan secara bertahap dari bagian depan kebelakang hingga ke atas.

1.5    Pemasangan sekat kapal

Sekat adalah pembatas antara palkah yang satu dengan yang lain. Sekat ini dibuat dengan  kayu yang tipis (sirap) dengan ukuran tertentu.

1)      Pembuatan sekat kapal
Kayu tipis atau sirap yang belum sesuai ukuran dipotong menggunakan gergaji mesin (sherkel) dan diukur sesuai kebutuhan. Setelah kayu tipis (sirap) diukur sesuai ukuran, kemudian dirapikan dan dihaluskan menggunakan serut (mesin perahu). Pada sirap yang kedua ada bagian yang disesuaikan dengan bentuk sirap yang pertama dan seterusnya sampai palkah tertutup rapat dan rapi.

2)      Pemasangan sekat kapal
Pemasangan dilakukan secara bertahap dari bawah sampai ke atas dan tertutup rapat. Pemasangan sirap ini menggunakan kayu. Untuk menghindari pecahnya sirap pada saat pemakuan maka sirap dibor terlebih dahulu.



1.6    Pemasangan kulit kapal                                                                                                                              

Pemasangan kulit kapal biasanya dilakukan dibagian depan kapal karena bagian depan memiliki kerumitan  tersendiri. Untuk memudahkan memasang kulit pada bagian lengkungan kapal maka kayu harus dipanaskan menggunakan api agar kayu tersebut mendapatkan sudut lengkungan yang diinginkan, dan ketika hal tersebut sudah pas maka pemasangan dapat dilakukan secara bertahap dari bagian depan ke belakang lalu ke atas.

1.7    Bangunan dan anjungan kapal
Setelah lantai dek selesai dikerjakan, maka selanjutnya proses pembuatan kerangka bangunan dengan ukuran bangunan yang telah ditentukan dan pembagian tempat-tempat bangunan seperti toilet, dapur, ruang kemudi, dan kamar. Selanjutnya adalah pemasangan dinding bangunan. Pembuatan dan pemasangan dinding kapal tidak ubahnya sama dengan pembuatan dan pemasangan sekat palkah. Proses dilanjutkan dengan pembuatan anjungan.

1.8    Finishing dan perapian-perapian

1)      Perapian kulit kapal
Kulit kapal dirapikan (diserut) hingga permukaannya terlihat rapidan mulus. Perapian ini secara bertahap dari depan kebelakang sampai keatas. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang agar mendapat kualitas yang baik
2)      Penutupan sela-sela kulit kapal
Pada pemasangan kulit kapal akan terdapat sela-sela kapal yang masih berongga. Untuk menutupi bagian-bagian ini diperlukan tali (mahjong). Cara memasangnya adalah dengan cara memasukkan tali tersebut kedalam sela-sela kecil hingga tertutup semua dan tidak ada rongga lagi.
3)      Pendempulan
Proses ini dilakukan untuk menutup semua tali-tali pada sela-sela kulit kapal agar dikulit kapal tidak rongga-rongga lagi dan terlihat lebih rapi atau halus. Bahan untuk pendempulan yang terdiri dari: dempul, katalis, dan kepi. Ambil dempul dan katalis secukupnya lalu di aduk dengan kepi hingga merata,setelah bahan dempul sudah siap lakukan pendempulan pada: dek kapal, dinding kapal, lantai kapal,.pintu kapal, dan tutup palka.Lakukan tiga kali pendempulan hingga merata.
4)      Pengelamplasan
Pengamplasan adalah proses penghalusan bagian yang sudah di dempul mendapatkan hasil yang baik. Pertama siapkan amplas dengan ukuran kurang lebih 250-300. kemudian amplas  bagian yang sudah di dempul. Contoh di bagian lantai kapal, dek kapal, dan dinding kapal.     Jika pengamplasan sudah halus dan merata, lakukan pencucian dengan sabun colek lalu gosokan dengan amplas yang ukuranya sekitar 800-1000. Gosokan berulang-ulang hingga halus agar mendapatkan hasil yang baik. Setelah pencucian dengan air sabun colek selesai, bersikan dengan kanebo atau majun yang kering.
5)      Pengecatan
        Pengecatan adalah proses pelapisan dengan menggunakan cat khusus kapal. Sebelum pengecatan atau penyepetan di lakukan, bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan soda api dengan bahan: air, sabun colek dan soda api. Setalah itu campur dan aduk menggunakan kayu agar terhindar dari panasnya soda api. Lalu lakukan penggosokan pada lambung kapal atau yang akan di cat,gosok hingga merata,setelah di lakukan penyoda apian,diamkan selama beberapa hari sampai cat pertama mengelupas.

Sesudah didiamkan beberapa hari lakukan pencucian dengan air bersih. Setelah semua sudah bersih,pengecatan siap di lakukan.Sebelum pengecatan atau penyepetan dilakukan siapkan bahan-bahan yang terdiri dari: cat, tunier, dan mesin kompresor.

Sesudah bahan-bahan sudah di campur dan siap di lakukan pengecatan dengan menggunakan kompresor. Pengecatan dilakukan sampai dua kali. Sesudah pengecatan atau penyepetan selesai, lalu dilapisi dengan ant gores agar cat kapal tidak memudar atau luntur.

1.9    Pemasangan remote control
Pertama membuat fondasi remote. Tempat remote diukur sebelum kur dipasang dan diberi garis. Sesudah itu tanda ukuran dilubangi dengan alat gerenda potong. Kemudian pasang remote control dan kabel remotedimasukan ke bawah yang sudah diberi lubang. Pasang kabel gas dan kabel prosneleng sesudah itu klem kabel agar rapi.

1.10 Pemasangan Kemudi Seter
1)      Lubangi fondasi kumudi dan pasang dengan sempurna agar  tidak tergeser dari fondasi
2)      Pasang hidrolik difondasi yang dibor  dengan baut mur.sesudah itu pasang tabung dan selang di sebelah kanan hidrolik dengan jarak satu meter.

1.11Pemasangan Mesin
Pertama naikkan mesin ke atas dengan menggunakan takal dan steger. Jika sudah naik pasangkan ke fondasi mesin kapal, bor fondasi kapal untuk memasang pembautan pangkon mesin pasang mur untuk memperkuat mesin agar tidak goyang. Masukkan as baling-baling lewat buritan kapal. Masukkan as baling-baling ke dalam gerbook, lalu stel as baling-baling dan mesin.

1.12 Pemasangan Knalpot
Pasang knalpot ke mesin induk, buatkan pangkon knalpot agar knalpot tidak goyang .knalpot dipasang lewat samping, lubangi lambung kapal dengan menggunakan bor, masukkan knalpot pada lubang lambung kapal lalu mur knalpot dilambung knalpot agar knalpot tidak bergoyang.




1.13 Pemasangan shicas
Lubangi lambung kapal dengan bor untuk kapal kayu maupun fiber. Pasang shicas kemudian penguat atau pangkon , lalu pasang watercooleryang disambungkan dengan shicas dengan cara dilas listrik lalu sambungkan pada pendingin mesin induk atau mesin generator sambung sela-selanya dengan selang karet dan diklem.

1.14 Pasang baling-baling
Pada as baling-baling lepaskan mur yang ada pada as baling-baling , lalu pasangkan baling-baling pada as tentukan titi seimbang pasangkan kembali mur lalu diengkol dengan kuat.

1.15 Pemasangan Sepatu
Bor fondasi kapal untuk pemasangan sepatu kira-kira bor bondasi sekitar enam lubang , lalu pasang sepatu ke fondasi kapal , pasang mur yang sudah dilubangi  di fondasi kapal, lalu mur diengkol dengan sekuta mungkin area bor . pemasangan daun kemudi . lubangi bawah buriton kapal untuk pemasangan daun kemudi, kemudian pasang daun kemudi diatas sepatu.
           
1.16 Pemasangan sistem kelistrikan

1)      pembuatan saluran kabel-kabel penghubung
Pertama melakukan pengeboran pada dinding/tulangan kapal yang terdapat pada bagian atas bangunan kapal.Pengeboran harus dilakukan secara teliti,rapi,teratur,dan ukuran lebar diamater lubang yang akan kita buat harus sesuai dengan ukuran kabel yang akan dimasukkan. Lakukan pengeboran kearah kiri dan kanan.Fungsinya untuk menghubungkan kabel lampu yang terdapat pada bagian samping kiri dan kanan kapal,jika pengeboran untuk saluran kabel yang menghubungkan lampu samping telah selesai,maka langkah selanjutnya yaitumengeborsaluran baru kearah belakang dengan tujuan yaitu untuk menghubungkan kabel lampu yang terdapat pada ruangan dapur,ruang kamar mandi,dan lampu belakang.
Untuk langkah yang ketiga yaitu melakukan penggeboran kearah depan untukmenghubungkan kabel lampu yang terdapat pada bagian ruang kemudi,ruang kamar anak buah kapal (ABK),lampu depan ,dan lampu sorot.Keempat yaitu melakukan pengeboran kearah bawah untuk menghubungkan kabel lampu penerangan di bagian tangga,ruangan mesin,dan kabel yang menuju panel. Khusus pengeboran di bagian atas kapal,pengeboran hanya menggunakan mata bor dengan diameter lingkaran yang kecil,tujuanyya yaitu sebagai jalur kabel antenna radio komunikasi.Selanjutnya melakukan pengeboran pada tulangan bagian samping kapal. Di bagian ini kabel harus dimasukkan ke dalam pipa terlebih dahulu dan setelah itu barulah dimasukkan ke dalam lubang yang sudah dibuat untuk memasang lampu bagian depan kapal.


2)      Tata Letak Sistem Penerangan
Kupas kabel untuk dipasangkan lampu.Lampu yang harus dipasang yaitu antara lain di kamar anak buah kapal (ABK) sebanyak dua buah lampu, kemudian di ruangan dapur satu buah lampu,di ruang kamar mandi satu buah lampu, di bagian belakang dipasang satu buah lampu,lalu diruang kemudi satu buah lampu,setelah itu dua buah lampu untuk lampu sorot,dan di bagian depan satu buah lampu. Pemasangan lampu harus dipasang dengan benar-benar erat dan kuat agar kabel tidak copot dari lampu jika terkena ombak.

3)      Pemasangan Perangkat GPS (Global Positioning System)
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat.Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti.GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimater (orde nol) sampai dengan puluhan mater.
Beberapa kemampuan GPS  antara lain dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan, dan waktu secara cepat, akurat, murah, dimana saja di bumi ini tanpa tergantung cuaca. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satu-satunya sistem navigasi ataupun sistem penentuan posisi dalam beberapa abad ini yang memiliki kemampuan handal seperti itu. Ketelitian dari GPS dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian posisinya, beberapa cm/s untuk ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk ketelitian waktunya. Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor yaitu matode penentuan posisi, geomatri satelit, tingkat ketelitian data, dan matode pengolahan datanya. Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan matode reseksi jarak, dimana pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke beberapa satelit yang telah diketahui koordinatnya. Pada pengukuran GPS, setiap epoknya memiliki empat paramater yang harus ditentukan : yaitu 3 paramater koordinat X,Y,Z atau L,B,h dan satu paramater kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan jam osilator di satelit dengan jam di receiver GPS. Oleh karena diperlukan minimal pengukuran jarak ke empat satelit.
Cara pemasangannya ialah pertama yaitu mengontrol kondisi dan perangka yang ada pada GPS, selanjutnya yaitu membuat empat buah lubang kecil untuk menempatkan atau melekatkan perangkat GPS di ruang kemudi.Kemudian membuat jalur kabel penghubung menuju kearah pengavu ACCU dan antenna GPS.Setelah itu lepas bantalan yang menempel pada bagian belakang GPS kemudian pasanglah GPS tersebut lalu pasang kembali bantalan yang tadi telah kita lepas dan kencangkan.Kemudian langkah terakhir yang harus dilakukan ialah menghubungkan kabel GPS menuju ke pengacu ACCU dan antena.


4)      Pemasangan Perangkat Fish Finder
Prinsip kerja dari fish finder yaitu gelombang suara berfrekuensi antara 15 kHz sampai 455 kHz dipancarkan tranduser dipantulkan oleh dasar perairan kemudian ditangkap kembali oleh transduser.Fish finder ialah perangkat elektronik yang bekerja dengan cara memancarkan gelombang ultrasonik dan menangkap kembali pantulannya. Perangkat fish finder yang digunakan untuk memancarkan gelombang dan menangkap gelombang kembali disebut dengan nama tranduser.Proses gelombang pantulan yang berulang-ulang itu ditangkap tranduser kemudian diterjemahkan dalam monitor dalam bentuk titik-titik sehingga menimbulkan gambar topografi dasar perairan.
Dari hasil pembacaan gambar topografi itulah akhirnya kita bisa membedakan kekerasan dari topografi struktur dasar perairan. Biasanya bila keadaan dasar perairan benda yang keras maka warna di monitor gambarnya lebih pekat. Sebaliknya jika topografi lembek maka gambar di monitor pun tidak pekat.Jadi bila topograf dasar perairan keras bisa diasumsikan bahwa dasar berupa karang.Demikian juga bila dimonitor fish finder gambarnya tidak pekat warnanya maka sering kita terjemahkan dengan lumpur.Selain itu rata tidaknya topografi dasar perairan bisa di ketahui melalui fish finder.Untuk mengetahui itu semua merupakan penyimpulan titik hasil pembacaan fish finder.
Untuk bisa mengetahui apakah topografi itu berupa karang luas, tandes atau rumpon, tentu saja diperlukan jam terbang yang tinggi. Artinya si pemakai fish finder harus hafal betul gambar-gambar yang ditampilkan oleh monitor fish finder. Selain topografi dasar perairan, gelombang suara yang dipancarkan oleh transduser terkadang mengenai benda-benda yang melayang dalam air, karena benda tersebut juga memantulkan gelombang. Benda yang melayang itu pun bisa terbaca dalam monitor fish finder. Dalam tangkapan GPS fishfinder , benda yang melayang itu bisa saja kumpulan ikan, sampah atau rumput laut. Namun bila di karang-karang atau struktur topografi perairan yang keras biasanya benda yang melayang itu adalah gerombolan ikan.
Cara pemasangannya yaitu pertama pengontrolan alat atau perangkat fish finder. Jika kondisinya layak untuk digunakan maka buatlah terlebih dahulu empat buah lubang kecil, kemudian pasang perangkat tersebut dan kencangkan.Kemudian setelah semuanya telah terpasang maka sambungkan kabel ke pengacu ACCU dan antenna yang terdapat pada bagian atas kapal. 

JANGKAR

JANGKAR BAB I PENDAHULUAN I.1      Pendahuluan Jangkar kapal dan perlengkapannya adalah sesuatu bagian yang komplek dari ...