KAPAL FIBERGLASS ( KAPAL PERIKANAN )
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kapal fiberglass merupakan
kapal yang dibuat
dengan serat kaca yang biasanya disebut Chopped Strand Mat
(CSM) atau mat dan Woven Roving (WR).
Bahan serat kaca
memiliki
kelebihan
yang lebih banyak dibandingkan
kayu
seperti:
bahan
ini
mudah ditemukan,
ramah terhadap
lingkungan, dan
mudah
dalam transportasinya (mudah untuk dipindah-pindahkan).
Sementara itu kayu merupakan bahan dasar
yang sangat sulit ditemukan karena permintaan pasar
yang cukup banyak bukan dari
perusahaan kapal kayu
saja, pabrik/industri dari kayu seperti kursi,
meja, dan lain-lainnya yang menyangkut dengan kerajinan kayu, pabrik pembuatan kertas atau biasa
disebut pulp (bahan baku kertas) yang
semakin meningkat, dan ditambah dengan illegal loging yang semakin marak menunjukkan bahwa kayu sangat sulit ditemukan. Indikator ini merupakan alasan perlu adanya
bahan utama alternatif dalam pembuatan kapal salah satunya adalah serat kaca.
B.
Rumusan Masalah
·
Banyaknya
permintaan kapal dari serat kaca ( fiberglass )
·
Kurang
tersedianya bahan kayu untuk membuat kapal
·
Efisiensi
pembuatan kapal fiberglass ( kapal perikanan )
C.
Tujuan
·
Pembuat
kapal kayu beralih menggunakan fiberglass
·
Menjabarkan
proses pembuatan kapal ikan fiberglass agar mudah dipahami
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kapal Perikanan
Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan untuk kegiatan perikanan yang
meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan sumber daya perairan, pengolahan/budidaya sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam pekerjaan
riset, training dan inspeksi sumberdaya perairan (Nomura &
Yamazaki, 1977).
Kapal ikan adalah suatu faktor yang
paling penting
diantara komponen unit
penangkapan lainnya, dan
merupakan modal terbesar yang
ditanamkan pada usaha
penangkapan ikan (Nomura & Yamazaki,
1977).
Bentuk dan jenis kapal
perikanan berbeda-beda,
hal ini disebabkan karena
perbedaan tujuan usaha, tujuan
penangkapan ikan dan keadaan
kondisi perairan. Bentuk desain dan konstruksinya
harus
disusaikan dengan alat tangkap agar dapat beroperasi dengan
baik.
B.
Desain dan Konstruksi Kapal Ikan
Desain kapal dijelaskan sebagai proses penentuan
spesifikasi dan menghasilkan gambar-gambar suatu obyek untuk keperluan pembuatan dan
pengoperasiannya (Fyson, 1985).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
desain
kapal ikan dapat dikelompokkan
sebagai
berikut:
1) Sumberdaya yang tersedia;
2) Alat
dan metode penangkapan;
3) Karakteristik geografi suatu daerah
penangkapan;
4) Seaworthiness kapal
dan keselamatan anak buah
kapal;
5) Peraturan-peraturan yang berhubungan
dengan desain
kapal ikan;
6) Pemilihan
material yang tepat untuk
kontruksi;
7) Penanganan
dan penyimpanan hasil tangkapan;
dan
8) Faktor-faktor ekonomis.
Sesuai dengan perbedaan jenis kapal ikan, maka
desain dan konstruksi
kapal dibuat berbeda-beda
dengan memperhatikan syarat teknis pengoperasian kapal perikanan
tersebut.
1) Kecepatan
kapal (speed)
Kecepatan yang
dibutuhkan kapal perikanan disesuaikan
dengan kebutuhan
penangkapan
2) Olah
gerak
kapal (maneuverability)
Olah gerak khusus yang dilakukan secara baik pada saat pengoperasian. Hal tersebut meliputi
kemampuan
steerability
yang baik, radius putaran
(turning
cycle), dan daya dorong (propulsive engine) yang dapat mudah bergerak maju dan
mudur.
3) Layak laut (seaworthiness)
Meliputi hal seperti ketahanan dalam melawan
kekuatan angin dan gelombang, stabilitas yang tinggi yang tinggi, serta daya apung yang cukup. Hal ini diperlukan untuk menjamin dalam pelayaran dan operasi penangkapan ikan.
4) Luas lingkup
area pelayaran
Luas lingkup yang
dimaksud adalah luas area pelayaran yang ditentukan oleh
pergerakan kelompok
ikan, daerah, musim ikan, dan
migrasi.
5) Konstruksi
Konstruksi kapal perikanan yang kuat sangat diperlukan karena dalam operasi kan, kapal akan akan menghadapi kondisi alam yang berubah-ubah. Kontruksi
kapal
harus mampu menahan getaran mesin yang timbul.
6) Mesin penggerak
Kapal perikanan membutuhkan tenaga mesin penggerak yang cukup besar,
tetapi volume mesin dan getaran yang dihasilkan diusahakan harus
kecil.
7) Fasilitas penyimpanan
dan
pengolahan ikan
Umumnya kapal ikan dilengkapi dangan fasilitas penyimpanan seperti: cool
room, freezing room, processing machine.
Fishing equipment berbeda untuk setiap kapal, tergantung
dari jenis alat tangkap yang digunakan.
Nomura & Yamazaki, 1977 menjelaskan syarat-syarat yang harus dimiliki dan
perencanaan
pembangunan kapal
perikanan agar
dapat beroperasi dengan
baik
dan sesuai dengan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)
adalah sebagai
berikut:

|
|
2) Memiliki keberhasilan
operasi penangkapan ikan.
3) Memiliki stabilitas yang
tinggi, dan
4) Memiliki fasilitas penyimpanan hasil hasil tangkapan
ikan.
Setelah
memenuhi syarat
tersebut barulah proses desain dan konstruksi
kapal
dilakukan agar laik laut dan kapal dapat beroperasi dengan baik. Fyson telah
menjelaskan kelengkapan dari
perencanaan
desain
dan konstruksi kapal seperti:
1) Profil kapal,
rencana dek, rencana bawah dek;
2) Gambar garis dan
tabel offset;
3) Profil kontruksi
dan perencanaan;
4) Bagian-bagian
kontruksi; dan
5) Gambar konstruksi penyambung.
Konstruksi yang
kuat dapat diperoleh apabila syarat-syarat standar pembangunan suatu
kapal
perikanan telah
dipenuhi. Proses mendesain
suatu kapal perikanan terdiri dari berbagai tahapan. Fyson (1985) menyebut ada beberapa tahap
pembuatan kapal
mulai
dari outline dan general design, proses penggambaran,
perhitungan-perhitungan
yang dibutuhkan,
hingga tahap tryout
dan evaluasi dari hasil pengoperasiaan kapal
sebelum kapal tersebut selesai dan
diberikan kepada pemilik.
Sesuai dengan perbedaan jenis-jenis kapal ikan yang
ada, desain dan
konstruksi kapal ikan dibuat berbeda-beda
sesuai dengan fungsi dan
pembentuknya dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan teknis pengoperasian kapal tersebut.
Perbedaan-perbedaan
dalam desain
ini terlihat dalam dimensi utama kapal, besaran koefisien, rancangan besaran tinggi
metacenter umum kapal dan rancangan penggunaan (Pasaribu,
1985).
Panjang (L), lebar (B), dan dalam (D) merupakan dimensi utama dalam penentuan kemampuan
suatu kapal. Dimensi utama desain dalam kapal harus
diperhatikan
dengan teliti. Adapun ukuran kapal
menurut Soejana (1983)
meliputi:


|
(1) Panjang
total atau LOA
(length over all) adalah jarak horizontal, diukur mulai
dari titik terdepan dari linggi haluan
sampai dengan titik terbelakang
dari buritan.
(2) Panjang garis air atau Lwl (length of water line) adalah panjang garis air yang
diukur antara
titik perpotongan
Lwl pada badan
kapal
bagian
haluan dan
badan
kapal bagian buritan.
(3) Jarak sepanjang
garis tegak atau
LPP/LBP (length
perppendicular/length between perpendiculator) adalah panjang
kapal antara fore perpendicular
(FP) dan after
perpendicular (AP).
a) FP : Garis
tegak lurus pada perpotongan antara Lwl dan
badan
pada bagian haluan
kapal
b) AP
: Garis
tegak lurus pada perpotongan antara Lwl pada bagian
buritan kapal.
c) Lwl
: Garis
air (wl) pada kondisi kapal
penuh (load water line).
Gambar 1.
LOA, LBP,
dan LWL
b) Lebar
kapal (breadth/B)
Lebar kapal
terdiri dari:
(1) Lebar terbesar atau Bmax (breadth maximum) adalah jarak horizontal pada lebar kapal yang terbesar di tengah-tengah kapal, dihitung dari salah satu sisi
terluar (sheer) yang satu ke sisi
(sheer) lainya yang berhadapan.
(2) Lebar dalam atau Bmoulded (breadth moulded) adalah jarak horizontal pada
lebar kapal yang terbesar, diukur dari bagian dalam kulit kapal yang
satu ke bagian kulit
kapal yang lainnya yang berhadapan.

|
|

Gambar 2. Lebar Kapal
(Breadth)
Keterangan:
1) Lebar terbesar
(breadth maximum)
2) Lebar dalam (breadth moulded)
3) Gading
(frame)
4) Kulit
kapal (plate)
5) Garis
air (water line)
c) Dalam
kapal
(depth)
Dalam kapal
terdiri dari :
(1) Dalam atau depth (D) adalah jarak vertikal yang diukur
dari dek terendah
kapal
sampai tititk terendah
badan
kapal.
(2) Sarat kapal atau d (draft) adalah jarak vertikal
yang diukur
dari garis air
(water line) tertinggi
sampai
titik
terendah badan kapal.
(3). Lambung bebas (free board) adalah jarak vertikal/tegak yang diukur dari
garis air (water line)
tertinggi sampai
sheer.

|
|

Gambar 3. Dalam Kapal
Keterangan:
1) Dalam
(Depth)
2) Sarat
kapal (draft)
3) Lambung bebas (free board)
Besar
kecilnya nilai rasio dimensi utama kapal (L,B,D) dalam membangun kapal dapat digunakan untuk
menganalisa performa
dan mempengaruhi kemampuan
dari
suatu kapal. Nilai perbandingan L/D, L/B, dan B/D perlu diperhatikan dalam perhitungan
teknis, jenis bahan
maupun ketentuan yang berlaku. Menurut Fyson (1985),
dalam desain sebuah kapal, karakteristik
perbandingan dimensi-dimensi utama merupakan hal penting yang
harus
diperhatikan. Perbandingan tersebut meliputi:
1) Perbandingan antara panjang dan lebar (L/B) yang mempengaruhi tahanan dan
kecepatan kapal. Semakin kecilnya nilai perbandingan L/B
akan berpengaruh
pada kecepatan
kapal/ kapal menjadi lambat.
2) Perbandingan antara lebar dan dalam
(B/D) merupakan faktor
yang berpengaruh
pada
stabilitas. Jika
nilai B/D membesar akan membuat stabilitas
baik tetapi disisi lain mengakibatkan
propulsiveability memburuk.
3) Perbandingan antara panjang dan dalam (L/D) merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal. Jika nilai L/D membesar maka
kekuatan longitudinal kapal melemah.
Analisis kesesuaian antara desain kapal dengan fungsi dan peruntukkannya
perlu dilakukan karena menurut Fyson (1985), rasio antara panjang dan lebar (L/B) berpengaruh pada resistensi kapal. Rasio antara panjang dan dalam (L/D)
berpengaruh pada kekuatan memanjang kapal, serta rasio antara lebar dan dalam
berpengaruh
pada stabilitas kapal.

|
|
Fyson (1985), mengemukakan bahwa koefisien bentuk (Coefficient of
Fineness) menunjukkan bentuk tubuh kapal bedasarkan hubungan antara luas area badan kapal yang
berbeda dan volume tubuh kapal terhadap masing-masing
dimensi
utama
kapal.
Adapun
koefisien bentuk badan
kapal,
terdiri dari:
1) Coefficient of block (Cb) menunjukkan perbandingan antara nilai volume
displacement kapal dengan volume bidang balok yang mengelilingi badan
kapal.

Gambar 4. Coefficient
of block (Cb)
2) Coefficient of prismatic (Cp)
menunjukkan perbandingan antara nilai volume
displacement kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas area penampang melintang tengah
kapal
(Aø) dan panjang kapal pada garis
air tertentu (Lwl).
3) Coefficient
of
vertical prismatic
(Cvp)
menunjukkan
perbandingan
antara volume displacement kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas area kapal
pada
WL tertentu pada
horizontal-longitudinal (Aw) dan draft kapal.

Gambar 5. Coefficient
of vertical
prismatic (Cvp)

|
|

Gambar 6. Coefficient
of waterplan (Cw)
5) Cofficient of midship (Cø)
menunjukkan perbandingan antara luas penampang
melintang
tengah kapal secara vertikal dengan bidang empat persegi panjang yang mengelilingi luas area tersebut.

Gambar 7. Cofficient of midship (Cø)
C. Fiberglass Reinforcement
Plastic
(FRP)
Fiberglass merupakan kombinasi dari dua komponen yang mempunyai
karakteristik fisik berbeda, akan tetapi keduanya memiliki sifat saling
melengkapi.
Dua komponen yang
membentu FRP yaitu resin plastic polyester dan sebuah
penguat
serabut
gelas (Verweij, 1967 diacu dalam Liberty,
1997).
Menurut Kusnan (2008) pemakaian fibreglass
sebagai
material bangunan
kapal
mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
1) Tidak
berkarat dan berdaya serap air
kecil.
2) Pemeliharaan
dan
reparasi mudah serta
proses pengerjaanya cepat.

|
|
4) Untuk displacement yang sama, fiberglass kontruksinya lebih ringan.
Resin merupakan material cair sebagai
pengikat serat penguat yang
mempunyai kekuatan tarik serta
kekuatan lebih rendah dibandingkan serat penguatnya.
Ada beberapa jenis resin
(Kusnan,
2008
diacu dalam
Eko Sulkhhaini,
2010) antara lain:
1) Polyester (Orthophthalic), resin jenis ini sangat tahan terhadap proses korosi
air laut dan asam
encer. Adapun
spesifikasi teknisnya sebagai
berikut:
(1) Massa jenis : 1,23 gr/ cm3
(2) Modulus young
: 3,2 Gpa
(3) Angka poisson : 0,36
(4) Kekuatan tarik : 65 MPa
2) Polyester (isophthalic) resin jenis ini
tahan dengan panas
dan larutan asam dan kekerasannya
lebih tinggi serta kemampuan menahan resapan air (adhesion) yang
paling baik dibandingkan dengan resin type ortho. Adapun spesifikasi teknisnya adalah berikut:
(1) Massa jenis : 1,21 gr/ cm3
(2) Modulus young
: 3,6 GPa
(3) Angka poisson : 0,36
(4)
Kekuatan tarik : 60 MPa
3) Epoxy,
resin jenis ini mampu menahan resapan
air (adhesion)
sangat baik dan
kekuatan mekanik yang paling
tinggi. Adapun spesifikasi
teknisnya sebagai berikut:
(1) Massa
jenis : 1,20 gr/ cm3
(2) Modulus young
: 3,2 Gpa
(3) Angka poisson : 0,37
(4)
Kekuatan tarik : 85 MPa

|
|
(1) Massa jenis : 1,12 gr/cm3
(2) Modulus young : 3,4 Gpa
(3) Kekuatan tarik : 83 Mpa
5) Resin type phenolic, resin jenis
ini tahan terhadap larutan asam dan alkali. Adapun spesifikasi teknisnya adalah berikut:
(1) Massa jenis : 1,15 gr/cm3
(2) Modulus young : 3,0 Gpa
(3) Kekuatan tarik : 50 Mpa
Adapun jenis resin yang umum digunakan untuk
konstruksi kapal adalah
jenis orthophthalic polyester resin. Resin jenis ini harganya paling murah dibandingakan tipe lainya dan tahan terhadap korosi yang disebabkan oleh air laut
sehingga cocok
untuk bahan material bangunan kapal.
Dengan
sifat
ini kerusakan yang disebabkan karena proses korosi dapat dihindari sehingga biaya perawatan untuk kulit lambung material logam maupun kayu. Resin polyester memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan. Keunggulan
dari resin ini adalah:
1) Viskositas yang rendah sehingga mempermudah proses pembuatan/pengisian celah
antara pada serat penguat
(woven roving)
2) Harga relatif
murah
3) Ketahanan terhadap lingkungan
korosif sangat baik kecuali pada larutan
alkali
Sedangkan kekurangan,
ialah:
1) Pada saat pengeringan terjadi penyusutan dan kenaikan temperatur sehingga laminasi menjadi keras. Hal ini biasanya disebabkan oleh penambahan katalis dan
accelerator yang berlebihan
sehingga waktu kering menjadi
lebih cepat
2) Mudah
terjadi cacat/goresan
3) Mudah
terbakar
Resin jenis ini termasuk
thermosetting yaitu
proses perubahan
sifat fisik dari cair menjadi bentuk padat (polymerization)
melalui proses panas. Proses perubahan bentuk resin polyester ini dapat karena proses panas yang dihasilkan
dalam resin polyester sendiri (exothermic heat) dan bisa juga karena pengaruh pemberian panas dari lingkungan luar
atau penggabungan keduanya. Proses kimia
dari dalam resin yang dimaksud adalah adanya penambahan zat atau bahan katalis
yang menimbulkan reaksi kimia awal dan accelerator untuk
mempercepat proses
polimerisasi pada larutan polyester tersebut ditambahkan
zat inhibitor.

|
|
Serat penguat merupakan serat gelas
yang
memiliki kekakuan dan
kekuatan tarik yang tinggi serta modulus elastisitas yang cukup tinggi. Adapun
fungsi dari serat
penguat adalah:
1) Meningkatkan
kekakuan tarik
dan kekuatan lengkung
2) Mempertinggi kekuatan tumbuk
3) Meningkatkan
rasio
kekuatan terhadap
berat
4) Menjaga/mempertahankan
kestabilan bentuk
Ada beberapa jenis serat penguat (menurut
kusnan,
2008
diacu dalam Eko Sulkhani,
2010) antara lain:
1) Serat E-glas (electrical glass), adapun data teknis serat gelas adalah sebagai
berikut:
(1) Massa jenis : 2.25 gr/cm3
(2) Modulus young
: 72 GPa
(3) Angka poisson : 0.2
(4) Kekuatan
tarik : 2.4 GPah
2) Serat S2
– glass (strength glass)
(1) Massa jenis : 1.5 gr/ cm3
(2) Modulus young
: 88 GPa
(3) Angka Poisson
: 0.2
(4) Kekuatan
tarik : 60 GPa
3) High strength carbon
(1) Masssa jenis : 1.74 – 1.81 gr/ cm3
(2) Modulus young
: 248 – 345 GPa
(3) Kekuatan
tarik : 3.1 – 4.5 GPa
4) Armid (Kevlar
59)
(1) Massa jenis : 1.45 gr/ cm3
(2) Modulus young
: 124 GPa
(3) Kekuatan
tarik : 2.8 GPa

|
|
Serat penguat yang sering digunakan untuk bangunan kapal adalah jenis E-
glass (Electrical
glass), sedangkan
jenis high strength
carbon hanya digunakan
untuk keperluan khusus yaitu untuk mempertinggi kekuatan, dalam hal ini untuk memperinggi ketahanan tembakan pada daerah khusus/kritis di lambung atau bangunan atas,
sedangkan jenis S2-glass banyak digunakan untuk konstruksi pesawat, adapun jenis serat armid memiliki kekuatan tarik yang
sangat tinggi
dipakai sebagai serat penguat pada martriks metalik atau keramik dan dianjurkan digunakan untuk mempertinggi
ketahanan ledak/tembak (Kusnan,
2008).
Serat penguat yang dipakai untuk bangunan kapal terdiri atas beberapa
jenis menurut bentuk dan konfigurasi dari serat penguat. Adapun jenis serat penguat gelas
(Kusnan, 2008 diacu
dalam Eko Sulkhani, 2010) antara lain:
1) Chopped Strand Mat (CSM), dalam pemakaian industri sering disebut
mat atau matto, berupa potongan-potongan serat fiberglass dengan panjang
sekitar 50 mm yang disusun secara
acak dan dibentuk menjadi satu lembar. Jenis ini merupakan
serat penguat
dengan konfigurasi
serat
acak dan
merupakan serat penguat tidak terus, serat penguat yang digunakan yaitu E-glass. Pada proses
pembuatan laminasi perbandingan antara berat serat matto dengan resin sekitar 25 - 35% matto
dan 65 -
75% resin polyester. Laminasi chopped strand mat ini
biasanya digunakan lapisan pengikat antara agar tidak mudah terkelupas maupun
selip pada proses laminasi awal dan akhir dengan tujuan bagian sisi tersebut menjadi
rata.
Dalam pemakaian sehari-hari dan umum digunakan untuik bangunan kapal,
serat
chopped strand mat terdiri
dari:
(1) Chopped strand mat 300 gram/m3 (mat 300) dengan data teknis sebagai
berikut:
a.
|
Berat spesifik (W/m2)f
|
: 300 gram/m3
|
b.
c.
|
Kekuatan tarik
Modulus elastisitas
|
: 213 MPa
: 16 GPa
|
d.
|
Angka poisson
|
: 0,2
|

|
|
1.
Berat spesifik (W/m2)f
: 450 gram/m3
2.
Kekuatan tarik : 213 MPa
3.
Modulus elastisitas : 16 GPa
4.
Angka poisson : 0,2
1) Woven Roving, merupakan berbentuk anyaman dengan arah yang
saling tegak
lurus. Pada proses laminasi perbandingan berat antara serat woven roving dengan resin adalah 45-50% woven
roving adalah 50-55% resin polyester dari fraksi
berat, untuk bangunan kapal umunya sering
dipakai komposisi 50% woven roving
dan 50% resin, woven roving ini
digunakan sebagai laminasi
utama yang
memberikan kekuatan tarikan maupun lengkung
yang lebih tinggi dibandingkan
laminasi mat.
Dalam proses pembuatan laminasi serat woven roving lebih
sulit untuk dibasahi oleh resin dan terkadang larutan resin relative lebih sulit untuk mengisi
celah anyaman serat woven roving. Dengan kandungan resin polyester yang
relatif
lebih sedikit dibandingkan laminasi mat maka
laminasi serat woven roving memiliki ketahanan terhadap resapan air yang
kurang baik. Untuk memperbaiki
kondisi ini maka biasanya laminasi woven roving dilapisi lagi dengan dua lapisan mat pada sisi luar yang memiliki kandungan resin polyester yang relatif lebih
banyak.
(1) Woven
roving 400 gram/m2 (WR 400) dengan data teknis
sebagai berikut:
a. Berat
spesifik (W/m2)f : 400 gram/m2
b.
Kekuatan tarik : 512 MPa
c. Modulus
elastisitas : 38,5 GPa
d.
Angka poisson : 0,2
2) Woven Roving 600 gram/ m2 (WR
600) dengan data teknis
sebagai
berikut:
a. Berat
spesifik (W/m2)f : 600 gram/ m2
b.
Kekuatan tarik : 512 MPa
c. Modulus young : 38,5 GPa
d.
Angka Poisson : 0,2
3) Woven roving 800 gram/m2 (WR
800) dengan data teknis
sebagai
berikut:
a. Berat
spesifik (W/m2)f :
800 gram/m2
![]()
|
Kekuatan tarik
|
: 512 MPa
|
||||
c.
|
Modulus elastisitas
|
: 38,5 GPa
|
D.
Langkah-Langkah Pembuatan Kapal Fiberglass Secara Umum
1.1
Pencetakan
Bagian Kapal
Semua bagian kapal dicetak
dengan menggunakan bahan fiber yang terdiri dari resin, katalis, mat dan
ropping melalui sebuah cetakan yang disusun dan dibuat secara terpisah yang
akan digabungkan jika semua sudah selesai dicetak.
1)
Penggabungan
dua cetakan
Pertama-tama cetakan disambung
dengan dempul serta melapisi celah-celah cetakan dengan dempul dan untuk
meratakan cetakan agar saat digunakan menjadi rata dan tidak memiliki celah
pada saat dicetak. Pendempulan ini dilakukan pada saat cetakan akan dibuat
setiap cetakan. Pada saat pendempulan sebaiknya dempul diberi katalis agar
cepat kering lalu dapat dihaluskan dengan menggunakan rempelas agar
tidak kasar dan halus pada hasil cetakan.
2)
Pemberian
wax
Pemberian wax pada tiap-tiap
bagian yang akan digunakan untuk mencetak semua bagian kapal. Pemberian wax ini
dengan dengan cara di gosok dengan menggunakan majun atau kain sampai merata
dan sampai terlihat licin. Tujuannya agar pada saat hasil cetakan akan di lepas
tidak menyatu dengan cetakan sehingga hasil cetakan menjadi halus tanpa ada
warna dasar yang hilang.
3)
Pemberian
warna dasar (jelgood)
Pemberian warna dasar biru
dilakukan dibagian bawah dan warna dasar putih dibagian atas pada cetakan yang
sudah di beri wax digosok sampai licin. Pemberian warna pada cetakan bertujuan
untuk memberi warna dasar pada tiap-tiap kontruksi yang akan dibuat. Pemberian
warna dasar tersebut juga bertujuan untuk menjadikan hasil cetakan mudah di
lepas dari cetakannya.
4)
Pelapisan
bagian dengan bahan fiber
Pelapisan semua bagian cetakan
dengan bahan fiber yang terdiri dari meet,ropping,resin dan katalis. Mat dan
ropping disusun saling bertumpangan lalu diolesi dengan resin yang sudah
tercampur dengan katalis. Pemasangan saling bergantian bertujuan agar hasil
cetakan tidak mudah patah pada saat digunakan.
5)
Pembuatan
dan pemasangan tulangan pada cetakan
Pembuatan tulangan biasanya
terbuat dari bahan fiber yang terdiri dari mat yang diolesi dengan resin yang
sudah tercampur katalis, dengan cetakan tulangan berbentuk huruf U
setelah selesai membuat tulangan di lakukan pemasangan tulangan pada
bagian-bagian cetakan dengan panjang 50 cm dan lebar 50 cm hingga
semua bagian cetakan terpenuhi. Tulangan yang sudah di tata sesuai dengan
ukuran lalu didempul di sisi kanan dan kiri. Pendempulan ini bertujuan untuk
menyatukan tulangan dengan cetakan. Setelah itu tuangan di lapisi dengan meet
dan ropping yang diolesi dengan resin yang sudah dicampur dengan katalis,
bertujuan untuk menutupi dempul dan untuk menambah kekuatan tulangan pada
cetakan.
1.2 Pelapisan bagian kapal
Semua bagian pada kapal
dilapisi dengan menggunakan bahan fiber yang terdiri dari mat, ropping, katalis
dan resin pelapisan ini di gunakan pada saat semua cetakan sudah jadi karena
pelapisan dibuat juga untuk mempersatukan semua cetakan agar menjadi satu.
Pelapisan ini juga bertujuan untuk mempekuat hasil cetakan dengan cara
digabungkan dan dilapisi lagi.
1)
Pemasangan
sekat pada ruang-ruang kapal
Pemasangan sekat di dalam
kapal menggunakan lembaran yang diberi tulangan setelah itu di tutup dengan
lembar lagi agar menjadi rata. Pemasangan sekat ini di pasang pada ruang-ruang
di dalam kapal. Di ruang belakang untuk tangki air tawar,di bagian tengah ruang
mesin,di bagian untuk tempat penampungan ikan. Pemasangan sekat bertujuan untuk
memberi batas pada ruangan di dalam mesin. Pemasangan sekat di pinggir di
dempul dan di lapisi dengan bahan fiber agar menjadi kuat.Pemasangan sekat ini
dilakukan pada saat cetakan lambung sudah di keluarkan pada cetakannya.
2) Pengisian
rongga-rongga kerangka kapal dengan vom atau busa
Pertama-tama rongga kapal
ditutup dengan menggunakan lembaran. Lembaran ini hanya terbuat dari mat,
resin dan katalis setelah lembaran selesai dibuat lembaran di pasang pada
kerangka kapal. Selanjutnya pada setiap rongga diberi lubang untuk memasukkan
vom ke dalam rongga. Setelah itu vom berwarna merah dan warna kuning dicampur
di dalam wadah plastik dengan ukuran tertentu. Selanjutnya vom dimasukkan
melalui lubang yang telah di buat.Tutup lubang dengan menggunakan potongan
lembaran kecil agar saat vom menguap menjadi busa tidak keluar tetapi dapat
mengisi rongga-rongga yang berada di sampingnya yang masih kosong. Setelah itu
lubang-lubang vom ditutup kembali.
1.3 Pemasangan kerangka / tulang kapal
1) Lunas
Lunas adalah fondasi kapal
yang paling bawah. Panjangnya 18 meter terbuat dari dua buah balok
kayu yang disambungkan.
2) Balok
tidur
Balok tidur berada di buritan
konstruksi kapal yang berada di bawah tempat baling-baling. Balok tidur terdiri
dari tiga bagian balok kayu yang ujungnya berbeda-beda.
3) Linggi
Linggi berada di bagian
terdepan kontruksi kapal yang dipasang miring
4) Gading
Setelah lunas selesai
dirapikan, barulah membuat mal gading (ukuran), rangkaian gading, dan
menyambung rangkaian gading dengan keni kemudian dipasang pada lunas kapal.
5) Fondasi
mesin
Fondasi mesin ini terdiri dari dua balok kayu yang
berukuran sama. Fondasi ini dipasang sejajar di bagian bawah lengkungan gading.
6) Senta
Setelah semua gading terpasang, barulah memasang
senta pada bagian dalam pinggir gading yang bertujuan untuk menguatkan
bagian-bagian gading supaya tidak goyah.
7) Bim
dek
Setelah proses di atas selesai, selanjutnya
pemasangan bim dek kapal pada gading bagian atas yang bertujuan sebagai
penompang dek.
8) Mulut
palkah
Mulut palkah terdiri dari lima bagian yang dibagi
dalam 4 palkah ikan, 1 palkah tali dan jangkar. Untuk palkah ikan ukurannya
1 1 mater, untuk palkah tali dan jangkar 0,5 0,5 mater.
1.4 Pemasangan kulit kapal
Pemasangan kulit kapal
biasanya dilakukan dibagian depan kapal karena bagian depan memiliki
kerumitan tersendiri. Untuk memudahkan memasang kulit pada bagian
lengkungan kapal maka kayu harus dipanaskan menggunakan api agar kayu tersebut mendapatkan
sudut lengkungan yang diinginkan, dan ketika hal tersebut sudah pas maka
pemasangan dapat dilakukan secara bertahap dari bagian depan kebelakang hingga
ke atas.
1.5 Pemasangan sekat kapal
Sekat adalah pembatas antara
palkah yang satu dengan yang lain. Sekat ini dibuat dengan kayu yang
tipis (sirap) dengan ukuran tertentu.
1) Pembuatan
sekat kapal
Kayu tipis atau sirap yang
belum sesuai ukuran dipotong menggunakan gergaji mesin (sherkel) dan diukur
sesuai kebutuhan. Setelah kayu tipis (sirap) diukur sesuai ukuran, kemudian
dirapikan dan dihaluskan menggunakan serut (mesin perahu). Pada sirap yang
kedua ada bagian yang disesuaikan dengan bentuk sirap yang pertama dan
seterusnya sampai palkah tertutup rapat dan rapi.
2) Pemasangan
sekat kapal
Pemasangan dilakukan secara
bertahap dari bawah sampai ke atas dan tertutup rapat. Pemasangan sirap ini
menggunakan kayu. Untuk menghindari pecahnya sirap pada saat pemakuan maka
sirap dibor terlebih dahulu.
1.6 Pemasangan kulit kapal
Pemasangan kulit kapal
biasanya dilakukan dibagian depan kapal karena bagian depan memiliki
kerumitan tersendiri. Untuk memudahkan memasang kulit pada bagian
lengkungan kapal maka kayu harus dipanaskan menggunakan api agar kayu tersebut
mendapatkan sudut lengkungan yang diinginkan, dan ketika hal tersebut sudah pas
maka pemasangan dapat dilakukan secara bertahap dari bagian depan ke belakang
lalu ke atas.
1.7 Bangunan dan anjungan kapal
Setelah lantai dek selesai
dikerjakan, maka selanjutnya proses pembuatan kerangka bangunan dengan ukuran
bangunan yang telah ditentukan dan pembagian tempat-tempat bangunan seperti
toilet, dapur, ruang kemudi, dan kamar. Selanjutnya adalah pemasangan dinding
bangunan. Pembuatan dan pemasangan dinding kapal tidak ubahnya sama dengan
pembuatan dan pemasangan sekat palkah. Proses dilanjutkan dengan pembuatan
anjungan.
1.8 Finishing dan perapian-perapian
1) Perapian
kulit kapal
Kulit kapal dirapikan
(diserut) hingga permukaannya terlihat rapidan mulus. Perapian ini secara
bertahap dari depan kebelakang sampai keatas. Hal ini dilakukan secara
berulang-ulang agar mendapat kualitas yang baik
2) Penutupan
sela-sela kulit kapal
Pada pemasangan kulit kapal
akan terdapat sela-sela kapal yang masih berongga. Untuk menutupi bagian-bagian
ini diperlukan tali (mahjong). Cara memasangnya adalah dengan cara memasukkan
tali tersebut kedalam sela-sela kecil hingga tertutup semua dan tidak ada
rongga lagi.
3) Pendempulan
Proses ini dilakukan untuk
menutup semua tali-tali pada sela-sela kulit kapal agar dikulit kapal tidak
rongga-rongga lagi dan terlihat lebih rapi atau halus. Bahan untuk pendempulan
yang terdiri dari: dempul, katalis, dan kepi. Ambil dempul dan katalis
secukupnya lalu di aduk dengan kepi hingga merata,setelah bahan dempul sudah
siap lakukan pendempulan pada: dek kapal,
dinding kapal, lantai kapal,.pintu kapal, dan tutup palka.Lakukan tiga
kali pendempulan hingga merata.
4) Pengelamplasan
Pengamplasan adalah proses penghalusan bagian yang sudah
di dempul mendapatkan hasil yang baik. Pertama siapkan amplas dengan ukuran
kurang lebih 250-300. kemudian amplas bagian yang sudah di dempul.
Contoh di bagian lantai kapal, dek kapal, dan dinding
kapal. Jika pengamplasan sudah halus dan merata,
lakukan pencucian dengan sabun colek lalu gosokan dengan amplas yang ukuranya
sekitar 800-1000. Gosokan berulang-ulang hingga halus agar mendapatkan hasil
yang baik. Setelah pencucian dengan air sabun colek selesai, bersikan dengan
kanebo atau majun yang kering.
5) Pengecatan
Pengecatan adalah proses pelapisan dengan menggunakan cat khusus kapal. Sebelum pengecatan atau penyepetan di lakukan, bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan soda api dengan bahan: air, sabun colek dan soda api. Setalah itu campur dan aduk menggunakan kayu agar terhindar dari panasnya soda api. Lalu lakukan penggosokan pada lambung kapal atau yang akan di cat,gosok hingga merata,setelah di lakukan penyoda apian,diamkan selama beberapa hari sampai cat pertama mengelupas.
Pengecatan adalah proses pelapisan dengan menggunakan cat khusus kapal. Sebelum pengecatan atau penyepetan di lakukan, bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan soda api dengan bahan: air, sabun colek dan soda api. Setalah itu campur dan aduk menggunakan kayu agar terhindar dari panasnya soda api. Lalu lakukan penggosokan pada lambung kapal atau yang akan di cat,gosok hingga merata,setelah di lakukan penyoda apian,diamkan selama beberapa hari sampai cat pertama mengelupas.
Sesudah didiamkan beberapa
hari lakukan pencucian dengan air bersih. Setelah semua sudah
bersih,pengecatan siap di lakukan.Sebelum pengecatan atau penyepetan dilakukan
siapkan bahan-bahan yang terdiri dari: cat, tunier, dan mesin kompresor.
Sesudah bahan-bahan sudah di
campur dan siap di lakukan pengecatan dengan menggunakan kompresor. Pengecatan
dilakukan sampai dua kali. Sesudah pengecatan atau penyepetan selesai, lalu
dilapisi dengan ant gores agar cat kapal tidak memudar atau luntur.
1.9 Pemasangan remote control
Pertama membuat fondasi remote.
Tempat remote diukur sebelum kur dipasang dan diberi garis.
Sesudah itu tanda ukuran dilubangi dengan alat gerenda potong. Kemudian
pasang remote control dan kabel remotedimasukan ke
bawah yang sudah diberi lubang. Pasang kabel gas dan kabel prosneleng sesudah
itu klem kabel agar rapi.
1.10 Pemasangan Kemudi Seter
1) Lubangi
fondasi kumudi dan pasang dengan sempurna agar tidak tergeser dari
fondasi
2) Pasang
hidrolik difondasi yang dibor dengan baut mur.sesudah itu pasang
tabung dan selang di sebelah kanan hidrolik dengan jarak satu meter.
1.11Pemasangan Mesin
Pertama naikkan mesin ke atas
dengan menggunakan takal dan steger. Jika sudah naik pasangkan ke fondasi mesin
kapal, bor fondasi kapal untuk memasang pembautan pangkon mesin pasang mur
untuk memperkuat mesin agar tidak goyang. Masukkan as baling-baling lewat
buritan kapal. Masukkan as baling-baling ke dalam gerbook, lalu stel as
baling-baling dan mesin.
1.12 Pemasangan Knalpot
Pasang knalpot ke mesin induk,
buatkan pangkon knalpot agar knalpot tidak goyang .knalpot dipasang lewat
samping, lubangi lambung kapal dengan menggunakan bor, masukkan knalpot pada
lubang lambung kapal lalu mur knalpot dilambung knalpot agar knalpot tidak
bergoyang.
1.13 Pemasangan shicas
Lubangi lambung kapal dengan
bor untuk kapal kayu maupun fiber. Pasang shicas kemudian penguat atau pangkon
, lalu pasang watercooleryang disambungkan dengan shicas dengan
cara dilas listrik lalu sambungkan pada pendingin mesin induk atau mesin
generator sambung sela-selanya dengan selang karet dan diklem.
1.14 Pasang
baling-baling
Pada as baling-baling lepaskan
mur yang ada pada as baling-baling , lalu pasangkan baling-baling pada as
tentukan titi seimbang pasangkan kembali mur lalu diengkol dengan kuat.
1.15 Pemasangan
Sepatu
Bor fondasi kapal untuk
pemasangan sepatu kira-kira bor bondasi sekitar enam lubang , lalu pasang
sepatu ke fondasi kapal , pasang mur yang sudah dilubangi di fondasi
kapal, lalu mur diengkol dengan sekuta mungkin area bor . pemasangan daun
kemudi . lubangi bawah buriton kapal untuk pemasangan daun kemudi, kemudian
pasang daun kemudi diatas sepatu.
1.16 Pemasangan
sistem kelistrikan
1) pembuatan
saluran kabel-kabel penghubung
Pertama melakukan pengeboran
pada dinding/tulangan kapal yang terdapat pada bagian atas bangunan
kapal.Pengeboran harus dilakukan secara teliti,rapi,teratur,dan ukuran lebar
diamater lubang yang akan kita buat harus sesuai dengan ukuran kabel yang akan
dimasukkan. Lakukan pengeboran kearah kiri dan kanan.Fungsinya untuk
menghubungkan kabel lampu yang terdapat pada bagian samping kiri dan kanan
kapal,jika pengeboran untuk saluran kabel yang menghubungkan lampu samping
telah selesai,maka langkah selanjutnya yaitumengeborsaluran baru kearah
belakang dengan tujuan yaitu untuk menghubungkan kabel lampu yang terdapat pada
ruangan dapur,ruang kamar mandi,dan lampu belakang.
Untuk langkah yang ketiga
yaitu melakukan penggeboran kearah depan untukmenghubungkan kabel lampu yang
terdapat pada bagian ruang kemudi,ruang kamar anak buah kapal (ABK),lampu depan
,dan lampu sorot.Keempat yaitu melakukan pengeboran kearah bawah untuk
menghubungkan kabel lampu penerangan di bagian tangga,ruangan mesin,dan kabel
yang menuju panel. Khusus pengeboran di bagian atas kapal,pengeboran hanya
menggunakan mata bor dengan diameter lingkaran yang kecil,tujuanyya yaitu
sebagai jalur kabel antenna radio komunikasi.Selanjutnya melakukan pengeboran
pada tulangan bagian samping kapal. Di bagian ini kabel harus dimasukkan ke
dalam pipa terlebih dahulu dan setelah itu barulah dimasukkan ke dalam lubang
yang sudah dibuat untuk memasang lampu bagian depan kapal.
2) Tata
Letak Sistem Penerangan
Kupas kabel untuk dipasangkan
lampu.Lampu yang harus dipasang yaitu antara lain di kamar anak buah kapal
(ABK) sebanyak dua buah lampu, kemudian di ruangan dapur satu buah lampu,di
ruang kamar mandi satu buah lampu, di bagian belakang dipasang satu buah
lampu,lalu diruang kemudi satu buah lampu,setelah itu dua buah lampu untuk
lampu sorot,dan di bagian depan satu buah lampu. Pemasangan lampu harus
dipasang dengan benar-benar erat dan kuat agar kabel tidak copot dari lampu
jika terkena ombak.
3) Pemasangan
Perangkat GPS (Global Positioning System)
GPS (Global Positioning
System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan
dikelola oleh Amerika Serikat.Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan
kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di
seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara
simultan. Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam
berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan,
percepatan ataupun waktu yang teliti.GPS dapat memberikan informasi posisi
dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimater (orde nol) sampai dengan
puluhan mater.
Beberapa kemampuan GPS
antara lain dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan, dan waktu
secara cepat, akurat, murah, dimana saja di bumi ini tanpa tergantung cuaca.
Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satu-satunya sistem navigasi ataupun
sistem penentuan posisi dalam beberapa abad ini yang memiliki kemampuan handal
seperti itu. Ketelitian dari GPS dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian
posisinya, beberapa cm/s untuk ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik
untuk ketelitian waktunya. Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung
pada beberapa faktor yaitu matode penentuan posisi, geomatri satelit, tingkat ketelitian
data, dan matode pengolahan datanya. Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu
menggunakan matode reseksi jarak, dimana pengukuran jarak dilakukan secara
simultan ke beberapa satelit yang telah diketahui koordinatnya. Pada pengukuran
GPS, setiap epoknya memiliki empat paramater yang harus ditentukan : yaitu 3
paramater koordinat X,Y,Z atau L,B,h dan satu paramater kesalahan waktu akibat
ketidaksinkronan jam osilator di satelit dengan jam di receiver GPS. Oleh
karena diperlukan minimal pengukuran jarak ke empat satelit.
Cara pemasangannya ialah
pertama yaitu mengontrol kondisi dan perangka yang ada pada GPS, selanjutnya
yaitu membuat empat buah lubang kecil untuk menempatkan atau melekatkan
perangkat GPS di ruang kemudi.Kemudian membuat jalur kabel penghubung menuju
kearah pengavu ACCU dan antenna GPS.Setelah itu lepas bantalan yang menempel
pada bagian belakang GPS kemudian pasanglah GPS tersebut lalu pasang kembali
bantalan yang tadi telah kita lepas dan kencangkan.Kemudian langkah terakhir
yang harus dilakukan ialah menghubungkan kabel GPS menuju ke pengacu ACCU dan
antena.
4) Pemasangan
Perangkat Fish Finder
Prinsip kerja dari fish finder
yaitu gelombang suara berfrekuensi antara 15 kHz sampai 455 kHz dipancarkan
tranduser dipantulkan oleh dasar perairan kemudian ditangkap kembali oleh
transduser.Fish finder ialah perangkat elektronik yang bekerja dengan cara
memancarkan gelombang ultrasonik dan menangkap kembali pantulannya. Perangkat
fish finder yang digunakan untuk memancarkan gelombang dan menangkap gelombang
kembali disebut dengan nama tranduser.Proses gelombang pantulan yang
berulang-ulang itu ditangkap tranduser kemudian diterjemahkan dalam monitor
dalam bentuk titik-titik sehingga menimbulkan gambar topografi dasar perairan.
Dari hasil pembacaan gambar
topografi itulah akhirnya kita bisa membedakan kekerasan dari topografi
struktur dasar perairan. Biasanya bila keadaan dasar perairan benda yang keras
maka warna di monitor gambarnya lebih pekat. Sebaliknya jika topografi lembek
maka gambar di monitor pun tidak pekat.Jadi bila topograf dasar perairan keras
bisa diasumsikan bahwa dasar berupa karang.Demikian juga bila dimonitor fish
finder gambarnya tidak pekat warnanya maka sering kita terjemahkan dengan
lumpur.Selain itu rata tidaknya topografi dasar perairan bisa di ketahui
melalui fish finder.Untuk mengetahui itu semua merupakan penyimpulan titik
hasil pembacaan fish finder.
Untuk bisa mengetahui apakah
topografi itu berupa karang luas, tandes atau rumpon, tentu saja diperlukan jam
terbang yang tinggi. Artinya si pemakai fish finder harus hafal betul
gambar-gambar yang ditampilkan oleh monitor fish finder. Selain topografi dasar
perairan, gelombang suara yang dipancarkan oleh transduser terkadang mengenai
benda-benda yang melayang dalam air, karena benda tersebut juga memantulkan
gelombang. Benda yang melayang itu pun bisa terbaca dalam monitor fish finder.
Dalam tangkapan GPS
fishfinder , benda yang melayang
itu bisa saja kumpulan ikan, sampah atau rumput laut. Namun bila di
karang-karang atau struktur topografi perairan yang keras biasanya benda yang
melayang itu adalah gerombolan ikan.
Cara pemasangannya yaitu
pertama pengontrolan alat atau perangkat fish finder. Jika kondisinya layak
untuk digunakan maka buatlah terlebih dahulu empat buah lubang kecil, kemudian
pasang perangkat tersebut dan kencangkan.Kemudian setelah semuanya telah
terpasang maka sambungkan kabel ke pengacu ACCU dan antenna yang terdapat pada
bagian atas kapal.